PANGANDARAN JAWA BARAT - Wisnu Arya Gemilang, S.T., M.T. selaku narasumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menyampaikan bahwa, upaya mitigasi bencana pesisir yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitar pesisir salah satunya adalah pencegahan abrasi.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa abrasi itu merupakan proses alam berupa pengikisan tanah di daerah pesisir pantai yang disebabkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak, ini disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor alam dan faktor manusia.
Pasang surut air laut menjadi faktor alam utama yang menjadi penyebab terjadinya abrasi, selain itu ativitas gelombang, kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim, struktur geologi dan geomorfologi pesisir dan tunggang muka air laut dapat menjadi faktor terjadinya abrasi.
Di sisi lain faktor manusia juga berperan besar pula dalam terjadinya abrasi, adanya penebangan mangrove dan penambangan pasir laut secara besar-besaran menjadi penyebabnya abrasi, " katanya.
Akan tetapi, lanjut Wisnu Arya, abrasi tentu dapat ditanggulangi dengan berbagai cara diantaranya; Menanam pohon mangrove sebagai penahan gelombang dan arus laut;
Memelihara terumbu karang sebagai pemecah ombak;
Melarang penambangan pasir yang merusak;
Melarang pengambilan bongkahan terumbu karang yang sudah mati di pesisir pantai yang berfungsi sebagai peredam gelombang; dan
Membangun infrastruktur pelindung pantai sebagi peredam energi gelombang (absorver), " Katanya.
Menurut Wisnu Arya, tsunami itu menjadi potensi bencana pesisir yang ditakuti oleh masyarakat. Akan tetapi, jika masyarakat telah memahami upaya mitigasi bila terjadi bencana tsunami, maka hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.
Berikut ini upaya mitigasi bencana tsunami yang dapat diikuti oleh masyarakat khususnya yang berada di daerah pesisir:
Saat Pra Bencana atau sebelum adanya bencana tsunami ini, pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami atau Early Warning System (EWS) dapat dilakukan dalam rangka memberikan peringatan kepada masyarakat sekitar pesisir apabila akan terjadi tsunami. Selain itu, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tsunami sangatlah penting seperti mengadakan pelatihan pengenalan bencana pesisir dan upaya mitigasinya seperti kegiata tersebut.
Saat terjadi bencana, pada umumnya di Indonesia tsunami akan didahului oleh gempabumi besar dan surutnya air laut, maka masyarkat dapat melihat surut tidaknya air laut bila terjadi gempabumi untuk mengetahui akan terjadi tsunami atau tidak.
Selain itu, terdapat selang waktu sekitar 40 menit antara gempabumi dan terjadinya tsunami.
Masyarakat dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk mengenal potensi terjadinya potensi tsunami, menyelematkan diri serta melaporkan tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang maupun instansi terkait.
Setelah terjadi bencan tsunami, pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah pemukiman serta upaya lain seperti penanaman mangrove, pembangunan tembok penahan tsunami dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi saat bencana di kemudian hari, " katanya.
Jadi, dengan adanya pelatihan ini, masyarakat pesisir khususnya di Kabupaten Pangandaran saat ini lebih siap dan memahami tindakan apa saja yang harus dilakukan dalam menjaga ekosistem pesisir serta upaya mitigasi bila terjadi bencana.
Selain itu, masyarakat dapat memberikan pemahaman kepada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pangandaran apabila terjadi bencana sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman untuk berwisata ke Pangandaran, " Ujarnya.**