JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Waspada Polarisasi di Ruang Digital”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Kamis, 1 Februari 2024 melalui platform Zoom meeting.
Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak Tito Setiyo Nugroho, S.T., yang merupakan seorang Direktur CV. Yuda Perkasa, serta Bapak Drs. H. Sri Widada, M.M., sebagai fasilitator nasional anak dan keluarga.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital.
Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi.
Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari dengan menyampaikan bahwa ruang digital merupakan suatu keniscayaan yang sudah ada dan akan selalu ada.
Beliau mengingatkan bahwa perlu kita waspadai jika ruang digital tidak dimanfaatkan dengan baik, dampaknya yaitu masyarakat akan terkotak-kotak atau terpolarisasi ke dalam kelompok-kelompok yang saling bermusuhan atau kontra, seperti pada pemilu 2019.
Beliau juga menambahkan bahwa polarisasi akan membawa suatu kondisi permusuhan menjadi semakin meruncing ketika berada di ruang digital, karena tidak mengenal batas waktu dan geografi. “Mari kita menjaga ruang digital kita supaya tidak terpolarisasi dan saling bermusuhan yang bisa membuat masyarakat menjadi rapuh.”, pesan Pak Kharis sebagai penutup sesi pemaparan materinya.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video.
Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju.
Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan.
Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Tito Setiyo Nugroho, S.T. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau berpendapat bahwa perkembangan digital memiliki dampak yang signifikan, salah satunya polarisasi di masyarakat, termasuk dalam hal pandangan politik.
Beliau juga menjelaskan cara yang bisa kita lakukan dalam mewaspadai polarisasi digital yaitu dengan mengedukasi publik mengenai cara menyaring informasi yang valid dan kredibel.
Selain itu, perlu bagi kita untuk mencari informasi secara menyeluruh dan akurat, serta jangan hanya membatasi informasi terhadap apa yang telah dipercaya saja, karena suatu keyakinan yang telah dipercaya banyak orang, bisa saja ternyata keliru.
Bapak Drs. H. Sri Widada, M.M., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa polarisasi politik merupakan istilah yang merujuk kepada pembagian masyarakat terhadap pandangan politik yang mereka punya.
Beliau menambahkan bahwa pandangan dan keyakinan terhadap isu politik yang berbeda membuat masyarakat terpecah menjadi kubu yang berlawanan, baik dalam keberpihakan, ideologi, kepercayaan, maupun kebijaksanaan. “Kita harus mengedukasi diri dan keluarga untuk meningkatkan literasi mengenai dunia digital, termasuk cara menghindari hoaks dan memiliki toleransi dalam pandangan politik yang berbeda”, pesan Pak Widodo kepada para peserta sebagai cara yang untuk menghindari polarisasi di era digital.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat empat pertanyaan yang terpilih.
Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.(red.Resky)